Header                              

Selamat Datang di Website Resmi Pengadilan Agama Tenggarong Sebagai Instansi Yudikatif Dengan Keterbukaan Informasi Berpredikat Informatif

on . Hits: 2726

pic patgr 26042019 1

DIALOG IMAM AL-GAZALI

(Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. al Mujadalah 11)

Imam al-Gazali yang bergelar Hujjatul Islam tidak hanya  dikenal sebagai fuqaha (ahli hukum Islam), tetapi beliau juga dikenal sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu tasawwuf, bidang ushul fiqh dan bahkan juga dikenal sebagai filusuf.  Banyak karya beliau yang selalu dibaca dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Salah satu karya beliau yang monomental adalah kitab Ihya Ulumidiin.

Dari pemikiran yang beliau kemukakan sering mengandung hikmah yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia ini. Baik yang diungkapkan dalam pemikian sebuah kitab atau pada saat bertemu dan berbicara dengan murid-muridnya. Salah satu pemikiran beliau yang akan penulis kemukakan dalam tulisan ini adalah dialog Imam Al-Gazali dengan murid-muridnya yang mengandung hikmah dan patut kita perhatikan dalam mengisi kehidupan masa sekarang ini.

Suatu hari Imam al-Gazali bertanya kepada murid-muridnya dengan pertanyaan yang sangat sederhana sekali; Apa yang paling dekat dengan kamu semuanya ?. Murid-murid yang hadir saat itu menjawab; yang paling dekat dengan kami adalah orang tua kami, guru-guru kami dan teman-teman kami. Benar kata beliau, tetapi ada  yang lebih dekat lagi, yaitu kematian.

Kematian adalah sesuatu yang pasti  terjadi, tidak ada yang mengetahui kapan malaikat izrail mencabut nyawanya. Meskipun kematian  suatu hal yang pasti, namun masih banyak yang melupakannya. Seolah-olah kematian tidak pernah datang dan tidak akan terjadi. Bila seseorang larut dalam kemewahan dunia dan tenggelam pada keindahannya, pastilah lupa hatinya mengingat kematian. Bahkan berangan-angan untuk hidup lebih lama lagi.

Imam Al Gazali pernah mengatakan bahwa orang yang paling cerdik itu adalah orang yang paling banyak ingatnya kepada kematian. Hal ini didasarkan kepada beberapa dalil yang bersumber dari hadits rasul  seperti riwayat Tirmizi “perbanyaklah  mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian). Dalam riwayat lain juga disebutkan “perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang demikian itu akan menghapuskan dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia”. Dan mengingat kematian dapat berfungsi sebagai nasihat bagi diri sendiri, demikian sabda rasul yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi. 

Terkadang kematian adalah sesuatu yang menakutkan bagi seseorang yang belum siap menghadapinya. Bahkan jika diingatkan oleh orang lain malah membuat ia benci dan lari dari nasihat itu. Umar bin Khattab pernah mengatakan, hari ini ada pengumuman si Fulan meninggal dunia, esok diumumkan lagi si Fulan telah meninggal dunia, lalu pada suatu saat Umar bin Khattab yang diumumkan telah meninggal dunia, katanya.

Karena itu benar apa yang dikatakan Imam Al Gazali bahwa kematian  adalah sesuatu yang paling dekat dengan kita. Tidak terasa hari demi hari dilalui semakin bertambah jumlah usia yang dimiliki dan semakin berkurang usia yang masih tersisa. Karena itu jika kematian semakin terasa dekat, maka akan semakin tinggi tingkat persiapan menghadapinya.  Memperbanyak amal ibadah dan mengurangi dan bahkan berusaha menghindari dari perbuatan yang sia-sia,

Pertanyaan Imam al-Gazali yang kedua adalah; Apa yang paling jauh ?, lagi-lagi murid beliau menjawab, langit, bulan, matahari dan bintang itu sangat jauh dari kita. Beliau mengatakan bahwa yang jauh itu adalah “masa lalu”.

Masa lalu yang sudah dilewati tidak dapat dikembalikan meski dikejar dengan kenderaan yang super canggih. Ia semakin menjauh sehingga tidak mungkin dapat kembali. Karena itu pengalaman masa lalu dapat dijadikan sebagai guru yang terbaik. Bila masa lalu itu manis dan menyenangkan ia dapat dijadikan pedoman untuk melangkah di masa yang akan datang agar hari-harinya selalu berbuah manis dan menggembirakan. Sebaliknya jika masa lalu itu suram dan menyedihkan maka ia dapat diajdikan agar peristiwa seperti itu tidak terulang kembali. Inilah perlunya mengingat masa lalu.

Masa lalu dapat dijadikan bahan evaluasi diri, terutama dalam memperhitungkan perbuatan yang telah dilakukan. Kalau perlu disusuli pula dengan perencanaaan amal yang akan datang, esok hari dan seterusnya. Dalam surat Hasyar ayat 18 Allah mengingatkan manusia agar selalu mengevaluasi diri sehabis beramal. Hai sekalian orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan hendaklah setiap diri itu memperhatikan apa yang hendak dipersembahkan (kepada Allah) pada hari esoknya.

Mengevaluasi terhadap perbuatan yang telah dikerjakan pada masa lalu dapat diumpamakan seperti seorang saudagar yang memperhitungkan jumlah laba atau ruginya selama perdagangan berlangsung. Jika dalam perhitungan terdapat keuntungan yang besar, maka semakin ditingkatkan usaha dan perdadagangannya. Sebaliknya jika dalam perhitungan ternyata menanggung kerugian yang besar, maka ia harus menentukan sikap atau merubah strategi agar kerugian tidak lagi terulang lagi  di hari yang akan datang.

Contoh di atas adalah perhitungan dalam hal keuntungan dan kerugian yang sifatnya duniawi. Lebih-lebih lagi jika perhitungan itu dikaitkan dengan urusan akhirat. Menurut Imam Al Gazali, dalam hal ini hendaklah ia memulai membuat perhitungan terhadap perbuatan yang wajib. Bila perintah Allah yang sifatnya wajib untuk dikerjakan telah dilaksanakan dengan baik, maka hendaklah disyukuri dan memohonlah kepada Allah agar selalu senang berbuat seperti yang dilakukan pada masa lalu itu. Namun jika sekiranya perbuatan masa lalu itu masih dirasakan ada yang kurang bahkan sering terlambat mengerjakan perintah yang wajib itu, maka hendaklah dipenuhi sampai dapat mencukupinya. Selanjutnya bila masih dirasakan kurang, hendaklah dirinya dipaksakan  untuk menambalnya dengan mengerjakan perkara yang sunnat-sunnat. Selain itu jika masih ada perbuatan maksiat yang dikerjakan, maka hendaklah memberi hukuman pada dirinya dengan cara mengingat hukuman yang sebenarnya di akhirat kelak.

Pertanyaan Imam al-Gazali yang ketiga adalah; Apakah yang paling berat ?. Murid-muridnya menjawab, yang paling berat itu adalah besi, gunung, dan malah ada yang menyebut bahwa yang paling berat itu adalah binatang besar seperti gajah dan lain-lain. jawaban anda benar, namun ada lagi yang paling berat, yaitu amanah.

Dalam Al Qur’an pernah disebutkan bahwa Allah Swt pernah menawarkan kepada semua makhluk di dunia ini, seperti gunung dan lain lainnya, mereka enggan  tidak mau menerimanya karena tidak mampu memegang amanah. Dan akhirnya dengan bangganya manusia menerima amanah tersebut.

Pertanyaan keempat Imam al-Gazali adalah, Apakah yang paling ringan ? Murid beliaupun menjawab, yang paling ringan itu adalah kapas, angin dan menyebutkan benda-benda lain yang ringan dalam pandangan mereka. Beliau mengatakan, benar. Namun ada yang lebih ringan lagi, yaitu meninggalkan shalat.

Shalat yang difardhukan kepada manusia untuk melaksanakannya lima kali dalam sehari semalam ternyata sangat mudah dan ringan ditinggalkan. Apalagi shalat berjamaah di zaman sekarang ini bagi generasi muda  suatu hal yang ringan untuk ditinggalkan. Hanya gara-gara ada sedikit pekerjaan, shalat bisa ditinggalkan, atau karena ada acara pertandingan sepak bola di televisi shalat subuh sering terlewatkan.

Pertanyaan kelima Imam al-Gazali adalah, Apakah yang paling kuat ? Pertanyaan ini dijawab oleh murid-muridnya, gunung, bangunan dan mereka menunjukkan beberapa contoh benda yang kuat. Benar kata beliau, yang lebih kuat lagi adalah nafsu.

Nafsu memang mengalahkan kekuatan segalanya di dalam diri seseorang, karena itu kita harus dapat mengelola nafsu dengan baik.

Pertanyaan Imam al-Gazali yang terakhir adalah, Apa yang sangat tajam ? pertanyaan itu dijawab bahwa pedang dan pisau itulah benda yang tajam. Beliau mengatakan, benar jawaban anda, tetapi  mulut, lidah atau lisan adalah sangat tajam lagi.

Ada uangkapan yang mengatakan mulut lebih tajam dari pedang. Artinya ucapan yang keluar dari lidah dan mulutnya sering membuat orang tersinggung dan malah membawa perkelahian dan bahkan pembunuhan. Mulutmu adalah harimaumu, ia bisa menerkam kamu kapan saja. Jika tidak dapat menjaga lidah maka akan membawa akibat yang sangat buruk. Semoga selama bulan Ramadhan ini dapat menjadi latihan  kita utnuk menjaga lidah dari yang yang membatalkan puasa dan dapat berlanjut di bulan-bulan lainnya. (22 Ramadhan 1440 H. tfk).

Hubungi Kami

Gedung PA Tenggarong

PENGADILAN AGAMA TENGGARONG

Jl.Pesut, Kel.Timbau, Kec.Tenggarong, KAB.Kutai Kartangera
Kalimantan Timur

Telp: 0541-6667063

Email :

This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Media Sosial :

fb instagram 1581266 960 720 instagram 1581266 960 720 tiktok whatsapp

maps1 Lokasi Kantor

Copyright : Tim IT Pengadilan Agama Tenggarong@2024