![]()
MENGELOLA NAFSU
(Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian diapun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. Al Qur’an surat al Maidah 30).
Suatu ketika Rasulullah Saw bersama pada shahabatnya berjalan pulang ke Madinah dalam suatu peperangan, beliau berkata; kita baru saja pulang dari jihad kecil, dan kini akan menghadapi jihad akbar (besar). Shahabat yang merasa penasaran bahwa peperangan yang baru saja terjadi melawan orang-orang kafir dengan mempertaruhkan jiwa dan bahkan harta dianggap oleh Rasulullah sebagai jihad yang kecil, lalu bertanya, apakah jihad akbar itu ya Rasul. Beliau menjawab jihad akbar itu adalah memerangi hawa nafsu.
Nafsu, menurut ulama merupakan pangkal semua tindakan kejahatan, pangkal semua perbuatan untuk mendurhakai perintah agama. Karena nafsu ingin berkuasa, seseorang akan memakai segala cara untuk meraihnya. Bisa dengan cara menyogoknya atau dengan melakukan kolusi, nepotesme dan lain sebagainya. Begitu juga lantara ingin kaya, bisa saja seorang pedagang atau penguasa melakukan kecurangan atau melakukan penipuan terhadap pembelinya. Singkat kata menurut seorang sufi, hawa nafsu merupakan pemutus tali hubungan antara hati manusia dengan Tuhannya.
Keberadaan hawa nafsu boleh dikatakan sama dengan usia manusia itu sendiri. Sejak Allah Swt mengutuk syaitan sebagai penghuni neraka, gara-gara tidak mau memenuhi perintah Allah sujud kepada nabi Adam. Allah memperbolehkan syaitan menggoda manusia, anak cucu Adam.
Kurban pertama yang berhasil digoda oleh syaitan adalah Adam dan istrinya Siti Hawa, ketika memakan buah terlarang sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al qur’an surah al Baqarah ayat 36; Lalu syaitan memperdayakan keduanyadari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga) Dan Kami berfirman, Turunlah kamu. Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.
Meskipun syaitan diperbolehkan menggoda manusia, namun tidak semua manusia dapat diganggu oleh syaitan, yaitu orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat al Baqarah ayat 38; Kami berfirman, Turunlah kamu semua dari dalam surga, tetapi jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Dalam diri manusia sebenarnya terdapat unsur syaitan dan unsur malaikat. Unsur syaitan ditandai dengan pembangkangan terhadap perintah Allah yang disebut oleh Al qur’an sebagai nafsu ammarah bissu. Kemudian ada pula unsur malaikat dalam diri manusia yang diandai dengan sikap tunduk, taat, pasrah dan selalu siap melaksanakan perintah agama, yang oleh Al qur’an disebut sebagai nafsu muthmainnah.
Jadi pada hakikatnya dalam kehidupan manusia ada pergulatan antara nafsu muthmainnah melawan nafsu ammarah bissu. Kondisi seperti itu disebut oleh Al qur’an dengan nafsu lawwamah. Hal tersebut ditandai oleh pasang surutnya iman seseorang, disinilah setiap orang yang beriman selalu berjuang agar dapat menundukkan hawa nafsunya untuk mencari jalan yang diridhai Allah. Orang beriman setiap saat mendapat bisikan mengikuti hawa nafsu. Setiap bisikan hawa nafsu, dibarengi pula oleh bisikan nurani untuk tetap berada dalam kebenaran dan taat keopada Allah. Karena itu seseorang harus sunguh-sunguh melawan nafsu dan memperjuangkan kebenaran agar selalu taat kepada perintah Allah. Berpuasa merupakan sebuah cara perjuangan bagi orang beriman untuk menundukkan hawa nafsunya. Dalam hal ini Rasul bersabda; Pejuang itu adalah orang yang selalu menundukkan nafsunya untuk menaati Allah Swt.
Berjihad melawan nafsu syaitan tidaklah mudah. Berbeda dengan beperang melawan orang-orang kafir, karena musuh jelas di depan mata. Sedangkan syaitan dalam menggoda manusia memakai segala cara. Seperti menunda shalat, malas beribadah, makan yang berlebihan, iri dengki, bahkan pertengkaran suami istri di rumah tangga juga adalah bagian dari tipu muslihat syaitan untuk menjerumuskan manusia dan membangkang kepada perintah agama. Allah menjelaskan di dalam firmannya surat Luqman ayat 33; … maka janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam (menaati) Allah.
Orang yang gagal menundukkan nafsunya sendiri, niscaya akan mengalami kesukaran dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebab bila sudah seperti itu segala perbuatannya tidak lagi dalam kontrol Ilahi, tetapi telah dikendalikan oleh syaitan. Rasul bersabda; Orang yang cerdik adalah orang yang hawa nafsunya tunduk pada kemauan baiknya dan beramal untuk apa-apa yang bermanfaat pada dirinya sesudah meninggal dunia. Adapun orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan menggantungkan berbagai harapan kosong kepada Allah.
Puasa bulan ramadhan yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang beriman, bertujuan agar dapat melatih diri dalam mengelola nafsu, serta meningkatkan kadar keikhlasan, karena hanya dengan rasa ikhlas yang mendalam dapat mencegah manusia dari tipu daya syaitan. Seperti dijelaskan dalam surat al-Hijr ayat 39 – 40. Ia (iblis) berkata, Tuhan-ku, oleh karena engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash. (10 Ramadhan 1440 H. tfk)