JAGALAH HATI

(Sesungguhnya pada diri manusia itu ada segumpal daging (mudhghah) yang apabila daging itu baik, maka baiklah tubuh seluruhnya. Dan apabila ia rusak, maka akan rusaklah segala perbuatan dan aktivitasnya. HR. Muslim).

Da’i kondang Abdullah Gymnastiar atau yang sering disebut AA GYM, pernah membuat dan menyanyikan lagu seperti judul di atas. Lagu tersebut berisi petuah agar setiap orang selalu menjaga hati agar terhindar dari perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri.

Hati (qalbu) adalah sentral yang menentukan baik tidaknya prilaku seseorang. Bila hati mendapat sentuhan nur dan bimbingan dari Allah Swt, maka seseorang akan melahirkan tindakan yang bernuansa kedamaian, kejujuran, keadilan dan ketertiban. Namun bila hati rusak, dipengaruhi oleh nafsu syaitaniyah, maka dalam pergaulan seseorang cenderung mengabaikan kebenaran.

Imam Gazali mengumpamakan hati (qalbu) bagaikan raja dalam diri manusia. Sebagai raja dia mempunyai tentara yang siap mematuhi segala perintah dan larangannya. Oleh karena itu bila raja tadi baik, maka baik pulalah tentaranya. Perumpamaan tersebut beliau ungkapkan “ Idza thaaba al-maliku thaabat junuduhu”

Setiap hati (qalbu) manusia mempunyai dua jenis tentara, yaitu tentara yang terlihat oleh mata kepala (lahir) dan ada pula yang hanya dapat dilihat oleh mata batin. Semua tentara yang lahir tunduk kepada hati (qalbu), seperti tangan, telinga, mata, kaki lidah dan semua anggota badan lainnya menjadi pembantu setia rajanya, yaitu hati.

Setiap anggota tersebut sudah diciptakan yang mempunyai bakat untuk taat kepadanya. Bila hati (qalbu) menyuruh mata terbuka niscaya dia akan terbuka, bila kaki disuruh bergerak, kakipun akan bergerak, jika lidah disuruh berbicara, iapun akan berbicara.

Ketaatan semua anggota dan pancaindera manusia kepada qalbu (hati) mirip dengan ketaatan para malaikat kepada Allah. Para malaikat diciptakan Allah cenderung taat kepadaNya dan bahkah malaikat tidak pernah membangkang perintah Allah. Hanya saja perbedaannya adalah, kalau para malaikat tahu terhadap ketaatan mereka kepada Allah, sedangkan para anggota tubuh yang tunduk kepada qalbu yang memerintahnya sama sekali tidak muncul pengetahuan dari dirinya tentang hal itu.

Qalbu (hati) seseorang yang sudah dewasa memerlukan bantuan terhadap tentara lain, yaitu ilmu, hikmah dan tafakkur. Ketiganya selalu membawa seseorang dekat kepada Allah. Sebagai lawan dari kecenderungan kedua tentara qalbu tersebut, yaitu syahwat dan ghadab (emosi) yang selalu berhubungan dengan syaitan.

Pada saat itulah qalbu manusia menjadi rebutan, apakah dia jadi hamba Allah atau jadi satelit syaitan. Bila qalbu telah menjadi hamba Allah, maka semua perintahnya akan baik kepada tentaranya dan lahirlah sifat-sifat terpuji. Karena itu mata, telinga, lidah dan anggota lainnya akan bergerak dan berfungsi sesuai dengan tuntutan agama. Karena qalbu (hati) yang dibantu oleh ilmu, hikmat dan tafakkur tadi akan yakin bahwa Allah telah memberikan jaminan apabila aturan agama dipatuhi, maka kehidupan mereka pasti akan memdapatkan kebahagiaan. Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 71 : Dan barangsiapa yang menaati Allah dan rasulNya maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung. Sebaliknya seseorang yang qalbunya sudah didominasi oleh nafsul ammarah, maka dia mempunyai qalbu yang jahat

Karena itu untuk menjaga, agar hati (qalbu) terus memberikan perintah yang baik maka perlu meningkatkan ilmu, hikmah serta rajin melakukan tafakkur dalam hidupnya.(13 Ramadhan 1440 H. tfk)